Secara kegaiban ada 2 penggolongan besar alam gaib / dunia roh, yaitu
- Dunia halus di alam kehidupan manusia.
- Dunia halus di alam kehidupan mahluk halus.
Secara umum kondisi dan suasana kehidupan di alam roh mirip dengan di dunia manusia. Ada tanah lapang luas berumput. Ada gunung, bukit, hutan, dsb. Ada juga komunitas gaib yang hidup di perkampungan, kota dan kerajaan gaib beserta bangunan-bangunan gaibnya. Secara umum kehidupan komunitas gaib yang ada di alam roh mirip dengan kehidupan manusia pada jaman kerajaan dulu. Ada yang bekerja di sawah / kebun, ada yang sibuk berjual-beli di pasar, ada juga yang sibuk dengan kehidupan di dalam kerajaan. Hanya saja suasana di alam gaib tampak kelabu, tidak ada sinar matahari, suasananya mirip seperti senja hari menjelang malam. Secara umum kondisinya sunyi, tidak panas dan bising seperti di dunia manusia.
Dengan demikian hitungan waktu di alam roh tidak sama dengan hitungan waktu di dunia manusia. Ukuran waktu di dunia manusia diukur dengan satuan hari matahari, tetapi di alam roh tidak ada sinar matahari. Pergantian waktu di alam roh tidak memakai hitungan yang sama seperti siang dan malam di dunia manusia, tetapi berdasarkan naluri dan jam biologis mahluk halusnya, tetapi naluri dan jam biologis masing-masing mahluk halus tidak sama, tergantung masing-masing mahluk halusnya dan jenisnya.
Selain itu juga ada perbedaan sifat kehidupan di dunia manusia yang didominasi oleh sesuatu yang bersifat biologis dan materi yang terbatas umurnya (pendek) dengan kehidupan di alam roh yang bersifat roh dan energi yang sifatnya tidak terbatas umurnya (panjang).
Perbedaan Waktu Antara Alam Ghaib dan Alam Nyata
Di alam roh sendiri ada perbedaan panjangnya waktu pada masing-masing dunia gaib karena adanya perbedaan dimensi kehidupan gaib yang dipengaruhi oleh "frekwensi" energi dan kekuatan gaib masing-masing jenis mahluk halusnya. Jika kita masuk ke dunia kuntilanak, panjangnya waktu di dunia kuntilanak akan berbeda dengan panjangnya waktu di dunia bangsa jin, dewa, buto, dsb.
Dan walaupun dari jenis mahluk halus yang sama, misalnya bangsa jin, panjangnya waktu di dunia bangsa jin juga tidak semuanya sama, tergantung komunitasnya masing-masing. Panjangnya waktu di dalam komunitas atau kerajaan bangsa jin yang kekuatan gaibnya rendah biasanya lebih pendek daripada panjangnya waktu di dalam komunitas bangsa jin yang kekuatan gaibnya tinggi. 1 hari di dunia bangsa jin yang kekuatannya tinggi mungkin sama dengan 30 hari atau bahkan tahunan di dunia bangsa jin yang kekuatannya lebih rendah.
Kondisi alam gaib benar-benar tidak sama dengan kondisi di dunia manusia. Jika kita benar merogoh sukma, berkunjung ke istana Ibu Kanjeng Ratu Kidul di selatan pantai Parang Tritis, 1 jam di depan gerbangnya atau di dalam istananya sama dengan 12 jam di dunia manusia. Setelah bertemu dan berbincang-bincang dengan Ibu Ratu Kidul, 1 jam disana sama dengan 30 hari di dunia manusia. Biasanya kita diizinkan bertemu dengan beliau hanya 1 - 5 menit saja, kemudian kita diminta kembali pulang. Ibu Ratu Kidul sendiri yang membatasi waktunya untuk keselamatan kita supaya kita tidak berlama-lama berada di alam gaib, karena 5 menit saja bertemu dan berbincang-bincang dengan beliau sama dengan 2 - 3 hari di dunia manusia. 5 menit saja kita merogoh sukma bertemu dan berbincang-bincang dengan beliau sama dengan roh kita meninggalkan tubuh kita selama 2 - 3 hari.
Ada banyak sekali jenis mahluk halus dan kehidupannya, tetapi secara umum untuk mahluk halus yang sehari-harinya hidup di lingkungan kehidupan manusia, sehari-harinya berada di dunia manusia dan yang berinteraksi dengan manusia sebagai khodam jimat dan pusaka dan khodam pendamping, panjangnya 1 hari di dunia mereka sama dengan 35 hari manusia (1 bulan kalender jawa), sehingga kalau kita ingin memberikan sesaji sebaiknya juga 35 hari sekali (untuk mudahnya diberikan sekali setiap bulannya).
Masing-masing komunitas mahluk halus mempunyai "frekwensi" energi sendiri-sendiri yang dominan dipengaruhi oleh kekuatan gaib mayoritas mahluk halus di dalamnya. Jika ada sesosok mahluk halus yang bisa masuk dan diterima untuk tinggal di dalam suatu komunitas / kerajaan gaib yang kekuatan gaibnya lebih tinggi, biasanya "frekwensi" energinya juga akan berubah beradaptasi mengikuti frekwensi energi di tempat itu (kekuatan gaibnya tetap sama, tetapi frekwensi energinya berubah).
Dengan demikian ada banyak dimensi kehidupan mahluk halus di alam roh yang masing-masing dimensi itu tergantung pada kekuatan gaib dan frekwensi energi gaib mayoritas mahluk halus di dalam masing-masing komunitasnya, sehingga kebanyakan komunitas mahluk halus berisi sosok-sosok halus yang sejenis yang kekuatannya setingkat, yang kekuatannya tidak berbeda jauh dan karakter perwatakannya juga sejenis.
Frekwensi Makhlus Halus
Mahluk halus yang kekuatannya lebih tinggi biasanya dapat melihat mahluk halus lain yang kekuatannya lebih rendah. Tetapi biasanya sesosok mahluk halus tidak dapat "melihat" mahluk halus lain yang kekuatan gaibnya jauh di atasnya karena adanya perbedaan "frekwensi" energi yang berbeda jauh, tetapi biasanya mereka masih bisa merasakan keberadaan energi dari kekuatan yang lebih tinggi itu. Mahluk halus dari jenis bangsa dewa memiliki frekwensi energi yang tinggi dan pancaran energinya halus sekali, sehingga bukan hanya manusia, bahkan banyak mahluk halus yang tidak bisa melihatnya dan tidak merasakan kehadirannya walaupun ada dewa yang sedang hadir di dekat mereka.
Begitu juga dengan manusia, walaupun bisa melihat gaib, kebanyakan sosok-sosok halus yang mampu dilihatnya hanyalah yang kelasnya rendah saja, yang kekuatan gaibnya rendah, yang "frekwensi" energinya rendah, biasanya tidak lebih dari 1 KRK, sedangkan yang kekuatan gaibnya tinggi dan yang "frekwensi" energinya tinggi biasanya tidak akan terlihat olehnya, seringkali keberadaan energinya saja tidak terdeteksi. Walaupun sesosok mahluk halus berkekuatan tinggi, berenergi besar dan juga memancarkan energi yang besar, karena frekwensi energinya yang tinggi biasanya pancaran energi mereka itu juga halus sekali hampir tak terasakan, sehingga keberadaan mereka juga tidak terdeteksi oleh manusia.
Masing-masing mahluk halus, termasuk manusia, memiliki cakupan wilayah energi tertentu yang bisa dilihatnya. Dengan cara melihat gaib mata ketiga, biasanya yang mampu dilihat oleh manusia hanyalah sosok-sosok halus yang frekwensinya rendah dan yang kekuatannya rendah saja. Tetapi jika seseorang bisa mengedepankan kepekaan rasa batinnya, mungkin ia akan bisa mendeteksi keberadaan mahluk halus dengan cakupan frekwensi yang luas, bukan hanya yang berfrekwensi rendah, mungkin juga bisa mendeteksi yang frekwensi energinya tinggi. Sesudah bisa mendeteksi keberadaan energinya barulah kemudian dipertegas lagi sosok wujudnya dengan kemampuan melihat gaib.
Frekwensi energi itu bisa diibaratkan sama dengan frekwensi channel siaran radio / televisi, yang kita harus menghidupkan dulu radionya dan memindahkan saluran frekwensinya jika kita ingin berpindah channel siaran. Begitu juga kalau kita ingin melihat mahluk halus, kita harus lebih dulu mengkondisikan batin kita pada frekwensi energi mahluk halusnya, dan kalau ingin bisa melihat yang dimensinya lebih tinggi, kita harus menambah kepekaan batin kita untuk bisa menangkap energi yang frekwensinya lebih tinggi.
Tetapi jika kondisi kita melihat gaib bekerja sendiri diluar kontrol kita, yang penglihatan gaibnya muncul sendiri tanpa kita harus lebih dulu mengkondisikan batin kita untuk melihat gaib, dan sering terjadi bahkan di saat-saat kita sedang tidak ingin melihat gaib, maka itu bisa menjadi petunjuk bagi kita jangan-jangan di dalam badan / kepala kita ada bersemayam sesosok mahluk halus yang sering memberikan kita gambaran gaib, yang mungkin saja gambaran gaibnya itu fiktif, hanya ilusi / halusinasi saja, bukan sosok gaib dan kejadian gaib yang sesungguhnya ada / terjadi.
Dengan demikian ada banyak tingkatan dimensi kehidupan di alam gaib, dari yang dimensinya rendah yang mudah dilihat sampai yang dimensinya tinggi (halus) yang lebih sulit dilihat / dideteksi. Gaib-gaib yang kekuatannya rendah lebih mudah dilihat daripada yang kekuatannya tinggi. Selain yang hidup sendiri, juga ada komunitas mahluk gaib. Yang isi mahluk gaibnya kekuatannya rendah lebih mudah dilihat daripada yang kekuatannya tinggi. Begitu juga yang bentuknya kerajaan gaib. Yang isi mahluk gaibnya kekuatannya rendah lebih mudah dilihat daripada yang kekuatannya tinggi. Kahyangan, tempat tinggal para dewa, dimensinya tinggi. Hanya mahluk-mahluk halus yang kekuatannya tinggi saja yang bisa melihatnya, hanya orang-orang yang tajam dan peka sekali batinnya saja yang bisa melihatnya. Dan karena keterbatasan spiritualitasnya sukma arwah manusia yang spiritualitasnya rendah bila sudah terlanjur masuk dan tinggal di dalam suatu kerajaan gaib biasanya tidak bisa menemukan jalan keluar untuk pulang.
Dengan energinya para mahluk halus dapat menggunakannya untuk membentuk bangunan-bangunan gaib dan benda-benda atau perabotan yang mirip dengan kehidupan di dunia manusia, ditambah dengan pancaran pikiran mereka (kontak batin dan halusinasi) yang mensugesti para penghuninya untuk bisa merasakan suasana gaib yang ada sebagai kehidupan nyata. Hanya saja walaupun banyak di antara mereka yang sudah lama diagamakan, tetapi tidak ada di antara mereka yang membangun rumah ibadah untuk menjadi tempat mereka beribadah. Untuk beribadahnya mereka menggunakan rumah ibadah milik manusia, sebagian lagi tidak beribadah, walaupun beragama.
Secara alami benda-benda alam dan benda-benda milik manusia, bangunan gedung, rumah, jembatan, pohon, goa, batu-batu, sumur, sungai, danau, laut, bukit, gunung, hutan, memberikan suatu suasana alam atau mengandung aura energi tertentu. Para mahluk halus akan memilih benda dan tempat-tempat yang suasana alam dan aura energinya dirasa cocok dengan energi mereka untuk tempat tinggal mereka, sehingga keberadaan mereka akan menambah kuat suasana alam dan energi dari tempat dan benda yang mereka huni.
Secara umum para mahluk halus hidup di alam roh dan merasakan suasana kehidupan di alam roh. Dalam keadaan di alam roh itu mereka tidak melihat dunia manusia, tetapi masih bisa merasakan kebisingan dunia manusia. Jadi, sekalipun di dunia manusia ada banyak bangunan dan kendaraan yang sibuk berlalu-lalang, mereka tidak melihatnya. Atau sekalipun posisi rumah / bangunan yang mereka tinggali persis berada di tempat berdirinya bangunan rumah, gedung kantor atau pasar milik manusia, mereka tidak melihatnya. Jadi kalau ada manusia melihat salah satu dari mereka berjalan menembus tembok, sebenarnya mereka tidak melihat tembok itu, karena di dunia mereka tembok itu tidak ada. Tetapi mereka masih bisa merasakan kebisingan di dunia manusia yang seringkali menyebabkan mereka merasa terganggu yang itu sering menjadi masalah bagi manusia.
Bagi mahluk halus yang sudah tinggal di alam halus, untuk bisa melihat dunia manusia atau untuk masuk ke dunia manusia, mereka harus menyesuaikan "frekwensi" penglihatan dan energi mereka. Dan itu bisa melelahkan mereka, terutama bagi kalangan mahluk halus yang kekuatannya rendah (di bawah 1 KRK). Karena itu mereka membutuhkan "pemberian" energi dari sesaji atau dari sumber energi lain (yang juga akan dianggap sebagai bentuk perhatian manusia kepada mereka). Ada juga yang menempel di badan manusia untuk menyerap energinya.
Karena perpindahan frekwensi energi itu melelahkan mereka, maka biasanya mahluk halus (termasuk sukma / arwah) yang kekuatannya rendah, kalau sudah berada di alam roh, mereka akan terus berada di alam roh, tidak berpindah masuk ke dunia manusia. Dan kalau sudah berada di dunia manusia, mereka akan terus berada di dunia manusia, tidak berpindah masuk ke alam roh.
Begitu juga dengan manusia yang masih hidup. Dalam kehidupan sehari-harinya manusia hanya melihat dan merasakan suasana kehidupan di dunia manusia saja, tidak melihat kehidupan di alam roh / gaib. Sekalipun di rumahnya ada bangunan gaib dan rumahnya dihuni mahluk halus, kebanyakan manusia tidak melihat dan tidak menyadarinya.
Begitu juga bila manusia "masuk" ke dalam frekwensi gaib. Dalam kondisi itu mereka bisa melihat mahluk halus, tetapi mereka tidak melihat meja, lemari, atau rumah manusia, karena di alam gaib, meja, lemari dan rumah manusia itu tidak ada.
Untuk melihat alam gaib atau untuk berinteraksi dengan mereka manusia harus menyesuaikan frekwensi energi penglihatan gaibnya yang itu bisa melelahkan pikiran orangnya. Secara umum frekwensi energi dari kebatinan dan spiritual sudah sesuai dengan frekwensi mahluk halus dan alam gaib, karena itu adalah frekwensi dari energi roh / sukma manusia, dan dengan mudah dapat diselaraskan dengan frekwensi mahluk halus dari yang kelas bawah sampai yang kelas atas. Tetapi dengan menggunakan energi tenaga dalam (yang bersifat biologis tubuh manusia) untuk berinteraksi dengan mahluk halus, maka tenaga dalam itu harus disesuaikan dulu frekwensinya supaya sesuai dengan frekwensi energi mahluk halus .
Tetapi penyesuaian frekwensi itu tidak menjadi masalah bagi kalangan mahluk halus yang berkekuatan tinggi. Mereka bisa memperhatikan kehidupan di dunia mereka sekaligus kehidupan di dunia manusia dan bisa kapan saja berinteraksi (kontak rasa dan batin) dengan mahluk halus lain atau dengan manusia, walaupun jaraknya jauh dan berbeda dunia. - Javanese2000.
Comments
Post a Comment